SHALAT DENGAN KESEHATAN MANUSIA

Dalam kehidupan manusia membutuhkan pedoman hidup dan jalan yang lurus, yaitu agama. Supaya manusia merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat yang mutlak, ia akan merasa tenang jiwanya jika telah mengabdikan diri kepada agamanya yaitu agama Allah. Dalam pandangan Islam beragama itu merupakan fitrah yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya.

Sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Ruum:30)

Jadi yang dimaksud dengan fitrah Allah dalam ayat dia atas adalah ciptaan Allah, artinya manusia di ciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Oleh karenanya jika ada manusia tidak beragama tauhid, maka tidaklah wajar sebagaimana kita ketahui bahwa Allah SWT menciptakan manusia hidup dimuka bumi ini hanya untuk beribadah kepada Allah.

Hal ini sesuai dengan firman-Nya:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz-Zaariyaat:56)

Manusia beribadah kepada Allah dengan mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa bulan Ramadhan dan haji bagi yang mampu.

Dr. Shalih bin fauzan bin Abdullah Al fauzan mendefinisikan ibadah sebagai berikut: Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk, di dalam syara’ ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna danmaksudnya satu.

Definisi itu antara lain:
1.Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. 2.Ibadah ialah merendahkan diri terhadap Allah SWT, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi, disertai dengan muhabban(kecintaan) yang paling tinggi.
3.Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang di cintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin.

Ini adalah definisi yang paling lengkap.

Kemudian Majelis Tarjih Muhammadiyah mengemukakan, beberapa pengertian ibadah sebagai berikut: Ibadah adalah bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan mentaati segala perintah-Nya menjauhi segala larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya.

Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus:
1.Yang umum ialah segala amalan yang di izinkan Allah.
2.Yang khusus ialah apa yang telah di tetapkan Allah akan perinci-perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah itu mengandung pengertian yang luas dan mendalam. Ibadah dalam pengertian di atas tidak hanya mencakup masalah-masalah yang telah digariskan oleh syariat saja seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Tetapi mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan semua atau ditunjukkan hanya Allah semata untuk mencari keridhaan-Nya dan berusaha untuk mendekatkan diri serta menghadapkan dan berserah diri kepada-Nya.

Shalat adalah amalan seorang hamba yang akan di hisab pertama kali kelak di hari kiamat. Shalat adalah tiang agama. Shalat adalah batas pemisah antara seseorang dan kekufuran/kesyirikan, jika seseorang mengerjakannya berarti sia berstatus mukmin dan jika ia meninggalkanya berarti dia telah berstatus kafir. Shalat merupakan sebuah tiang amaliyah agama yang teramat besar. Sedangkan kekhusyuan di dalam shalat merupakan tuntunan syariat dan iblis sebagai musuh Allah, telah berjanji terhadap dirinya untuk menyesatkan anak Adam, sehingga mereka lalai terhadap shalat yang sedang di lakukannya itu.

Hal ini telah di gambarkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an: “...Kemudian Aku akan benar-benar mendatangi mereka, baik dari depan, belakang, sebelah kanan, maupun sebelah kiri mereka.”

Dan tipu daya yang selalu dilancarkan oleh iblis terhadap manusia adalah pada saat mereka melakukan shalat, dimana dia selalu berusaha dengan segala bentuk cara dan gangguan, sehingga mereka tidak dapat merasakan kelezatan ibadah yang sedang dilakukannya, yang pada ahirnya mereka tidak mendapatkan pahala dari ibadah tersebut.

Ibadah shalat tidak sekedar perintah dan kewajiban yang harus kita laksanakan. Shalat juga dapat menjadi obat penyembuh bagi mental dan fisik kita. Bahkan, shalat juga dapat menjadi sebagai obat penyembuh. Jadi, shalat dalam banyak hal menjadi penolong.

Firman Allah:
Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (QS. Al-Baqarah:45)

Ini jelas janji Allah, yang tentu tak akan diingkari-Nya. Kehidupan manusia adalah hasil perkembangan kekuatan akal, jiwa dan raga. Apabila shalat berpengaruh terhadap ketiga unsur yang berada dalam diri manusia, yakni akal, jiwa dan tubuh, selanjutnya shalat akan berpengaruh terhadap kehidupannya. Shalat tumbuh dalam jiwa, akal dan tubuh. Diantara hasilnya adalah membentuk kehidupan manusia. Kita akan menemukan dengan jelas bahwa shalat berpengaruh secara nyata terhadap semua unsur pembentukan manusia, baik jiwa, akal maupun tubuh.

Setelah itu, shalat yang benar akan menjadi mata air kehidupan yang tidak pernah kering. Jika kedua mata seseorang mukmin merasa sejuk melihat sesuatu, dan hatinya merasa tenteram, maka dia akan sangat sulit untuk berpisah atau melepaskan sesuatu tersebut. Sementara yang terjadi pada diri kita kita sekarang justru sebaliknya. Kita merasa berat untuk melakukan shalat, sehingga kita mengurangi shalat kita, baik dalam sisi kuantitas maupun dalam sisi tata cara, misalnya dengan tidak banyak melakukan shalat sunah, serta tergesa-gesa a dalam mengerjakan shalat fardhu.

Maka jadilah shalat yang kita lakukan sekedar rutinitas belaka yang tidak mempunyai makna dan implikasi apa-apa. Shalat yang kita lakukan tidaklah seperti yang dianjurkan oleh syariat Islam, sehinggga kita sama sekali tidak mendapatkan faidah dari shalat kita. Setiap muslim yang komit dengan tatacara shalat sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, bisa dipastikan bahwa secara lahiriah dia bisa khusyu’.

Shalat Nabi Muhammad merupakan contoh yang sempurna yang dapat diteladani, baik dalam i’tidal maupun kesempurnaan setiap gerakan dan ucapan shalat beliau. Berdiri di hadapan Allah swt dengan laku shalat memuat rahasia besar dalam mendatangkan kesehatan.
Allah swt berfirman:
Artinya: Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Shalat adalah obat yang jelas dan pasti bagi jiwa orang yang mengamalkannya. Konon, ketika bersedih karena suatu masalah, Nabi saw segera melaksanakan shalat. Shalat juga merupakan terapi pengobatan yang efektif bagi fisik (tubuh). Shalat adalah untuk menghapus dosa, sebab di dalam shalat itu “ada beberapa tempat yang diapakai untuk menghapus dosa tersebut dengan bacaan mohon ampun kepada Allah, yang disepakati oleh umat islam adalah bacaan duduk antara dua sujud. . .”

Dalam mewujudkan munajat dengan Allah swt menurut A. Syafi’i MK diaturlah dalam shalat tempat yang tetap untuk mengejakan do’a. Menurut beliau “tempat kedua diantara empat tempat yang dikhususkan ialah dalam duduk anatara dua sujud. Sesungguhnya, shalat seorang hamba itu dapat rusak karena minimnya usaha untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah swt, serta lemahnya ketakwaan dan perilaku yang dapat mendatangkan rasa takut kepada Allah swt, ini disebabkan karena rusaknya hati seseorang.

Manfaat fisik yang dimiliki shalat dapat menghasilkan pengaruh karena gerakan-gerakan yang dilakukan oleh orang muslim di dalam shalatnya, seperti mengangkat kedua tangan, sujud, duduk, berdiri, memberi salam dan lain sebainya. Karena itu, shalat adalah makanan buat tubuh dan akal secara bersamaan. Ia dapat membekali manusia dengan kemampuan yang kontinyu agar bisa melaksanakan berbagai macam aktivitas. Selain itu, shalat juga merupakan perlindungan dan pengobatan. Manfaat ini dan manfaat yang lainnya bisa diperoleh manusia kalau ia menjaga shalatnya. Dengan demikian, dia tidak butuh lagi anjuran para dokter untuk melakukan itu. Karena dia sebenarnya senantiasa melakukan latihan-latihan tersebut yang mempunyai gerakan-gerakan shalat.

Dengan analisis ilmiah, shalat juga terbukti sangat berguna bagi semua orang, baik anak-anak, orang dewasa, bahkan hingga orang hamil. Singkatnya, Allah swt memang mendesain shalat sebagai sarana untuk menjaga stamina dan vitalitas hamba-hamba-Nya yang beriman. Menurut Alexis Karel dan Edwind Frederick Pourz dalam bukunya Hilmy Al-Khuly, selain berperan sebagai ibadah, shalat juga berpengaruh pada penyembuhan yang menakjubkan terhadap berbagai penyakit yang gagal ditangani oleh dokter. Demikianlah, ternyata pengaruh shalat terhadap kejiwaan pada saat fisik sedang menderita sakit, sangat menakjubkan. Sedangkan menurut Dr. Thomas Heslubbb, shalat memberi manfaat ketenangan san ketentraman pada jiwa seorang mukmin. Oleh karena itu, seorang mukmin dapat menikmati tidur secara baik dan sehat.

Seorang pakar olahraga berkebangsaan Mesir, Prof. Ahmad Muhammad Marzuq dalam bukunya Hilmy Al-Khuly mengatakan: “Diantara manfaat shalat adalah bahwa shalat merupakan olahraga yang cocok untuk otot dan persendian-perendian tubuh. Jika kita perhatikan, gerakan shalat ternyata menyerupai cara orang Swedia dalam berolahrga. Cara berolahraga tersebut baru dilakoni orang Swedia tidak lebih dari 100 tahun lalu. Sementara gerakan shalat telah berlangsung (berumur) lebih dari 1400 tahun.

Bila kita bandingkan antara gerakan-gerakan shalat dengan yang ada pada Long Swedia, maka kita melihat bahwa gerakan-gerakan shalat pada waktu shalat lebih pas dan sesuai untuk segala usia dan jenis kelamin. Shalat diawali dengan takbir yaitu mengangkat kedua tangan serta menggerakkan persendian kedua bahu ke atas. Gerakan ini sesuai dengan yang dianjurkan oleh Carqa berolahraga orang Swedia sebagai proses dasar untuk membuka dada. Setelah takbir dan membaca Al-Fatihah, orang yang shalat membengkokkan badannya ke depan sambil meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut. Dalam posisi ini tubuh memperoleh beberapa manfaat, diantaranya: menggerakkan persendian kedua paha, membentangkan tulang punggung, menekan dan mengecangkan kedua lutut dengan kedua tangannya. Kedua proses tersebut (membentangkan tulang dan menekan lutut ke belakang) sangat penting bagi tubuh. Sistem olahraga meniru posisi ini: mencondongkan badan ke depan. Gerakan yang dilakukan dalam olahraga hanyalah gerakan tunggal, tidak membuat kedua gerakan sekaligus, sebagaimana dalam shalat. Inilah hikmah yang indah dari gerakan shalat.

Berbagai manfaat jasmani dalam shalat diraih sebagai hasil dari gerakan-gerakan yang dilakukan oleh orang shalat. Mulai dari mengangkat kedua tangan pada saat takbiratul ihram, ruku, sujud, duduk, berdiri, salam dan lainnya. Gerakan-gerakan ini di contoh oleh kebanyakan latihan keolahragaan yang dinasihatkan oleh para dokter, khususnya kepada orang sakit, untuk merutinkannya. Ini menunjukkan urgrnsinya untuk kesehatan dan manfaatnya yang banyak. Shalat merupakan nutrisi bagi tubuh dan akal secara bersamaan. Shalat menyuplai energi potensial untuk melaksanakan berbagai aktivitas. Shalat merupakan pencegahan sekaligus pengobatan. Manfaat ini dapat dirasakan jika dia menjaga shalatnya.

Dengan demikian, seseorang tidak mebutuhkan nasihat para untuk merutinkan latihan-latihan olahraga, karena dia telah merutinkannya selama latiha-latihan tersebut menyerupai gerakan-gerakan shalat. Syariat Islam begitu indah, tuntunannya begitu lengkap. Semua ajarannya bermuara agar manusia dapat mereguk kebahagiaan di dunia dan akhirat. Salah satunya adalah shalat, ibadah ini bukan hanya merupakan upaya seorang hamba dalam mendekatkan diri ataupun menjadi jembatan komunikasi antara dirinya dan Rabb-Nya. Lebih dari itu, rukun Islam yang kedua ini mempunyai segudang hikmah dan manfaat yang tak ternilai, kesehatan salah satunya. Nabi menekankan bahwa posisi shalat di hadapan Allah adalah ibadah yang teramat mulia, sekaligus memuliakan orang yang mendirikan shalat. Kenikmatan shalat hadir ketika mengahadirkan kesadaran bahwa shalat adalah cara kita memuliakan diri kita di hadapan Allah.

Dibalik shalat, yang sebelumnya didahului wudhu, tersimpan mafaat tak terhingga. Misalnya shalat dapat memperlancar peredaran darah, menormalkan tekanan darah tinggi, danmenjaga kesehatan jantung. Masih banyak manfaat kesehatan lainnya. Yang ironis, mesti mengetahui hikmah dibalik shalat masih banyak orang yang melalaikan dan menunda-nundanya

(Semoga Bermanfaat buat kita semua)


DAFTAR RUJUKAN:
Adnan Tharsyah, Ash –Shalah wa ar-Riyadhah wa al-Badan, diterjemahkan oleh Abdullah, Keajaiban Shalat Bagi Kesehatan, Meraih Manfaat Shalat Secara Medis, Klinis, dan Psikologis Senayan Publising, Jakarta, 2007, hlm 29-30

Ahmad bin Salim Baduwailan, At-Tadawi bi As-Shalah, diterjemahkan oleh Widyan Wahyudi, Terapi Mengobati Penyakit Dengan Shalat. Pustaka at-Tazkia, Jakarta, 2008, hlm 95

A. Syafi’i MK, Kata Pengantar Shalat Khusyu, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991, hlm.132

 Depag RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Kumudasmoro Grafindo, Semarang, 1994.

Hilmy Al-Khuly, Ash-Sholah wa Shihlatil Insaan, diterjemahkan oleh Abu Firli Bassam Taqiy, Mukjizat Kesembuhan dalam Gerakan Shalat, Hikam Pustaka, Yogyakarta, 2007, hlm 88

Husein Ibn’Audah, As-Shalat Wa Atsaruhu Fi Tahdzib Al-Nafsi Wa Al-Akhlak, diterjemahkan oleh Badrus Samsul Fata, Meraih Kenikmatan Shalat, Mizan Publika, Jakarta, 2007, hlm 46

 M. Adly Shafi Al-Dimyathy, Shalat Penyembuh, Pencerahan, Menyehatkan, Grafindo Khazanah Ilm, Jakarta, 2008, hlm. 67

Muhammad Bahnasi, Al-Shalat Hayat, diterjemahkan oleh Tiar Anwar Bactiar & Reni Kurnaesih, Shalat Sebagai Terapi Psikologi, Mizania, Bandung, 2007, hlm. 73

 Muhammad Izzuddin Taufik, Tuntunan Shalat Khusyu’ (seperti yang dicontohkan Rasulullah) Akbar, Jakarta, 2006, hlm 27

 Muhammad Shaleh Al-Mujajjid, 33 Sababan lil Khsyu’i Fish-Shalaati, diterjemahkan oleh Moh. Suri Sudari A, 33 Kiat Khusyu Dalam Shalat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 1996, hlm.16

Nasrudin Razak, Dienul Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1989, hlm. 47.

Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauza, At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-‘Ally, diterjemahkan oleh Agus Hasan Basnori, Kitab Tauhid I, Universitas Islam Indonesia, 2001, hlm. 76.

Syahminan Zaini. Faedah Shalat Bagi Kehidupan Orang Beriman, Kalam Mulia. Jakarta, 1991, hlm . 48

Syaikh ‘Abdullah bin Baz, Tuntunan Praktis Tata Cara Shalat Nabi, Zarrah, Bandung, 2008, hlm. 13

Komentar