Perbandingan pendidikan di Turki dan di Indonesia

A. Pendahuluan

Peta Negara Turki

Alam dan geografi: Wilayah Turki meliputi benua Asia dan Eropa, terletak di antara Laut Tengah dan Laut Hitam, sebagian besar terletak di Semenanjung Asia Kecil, bagian Eropa berada di selatan Semenanjung Balkan, luas seluruh negeri 780.576 km persegi. Selat Bosborus dan Selat Dardanella dan Laut Marmara di antara kedua selat itu sebagai satu-satunya jalur laut yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Tengah memiliki letak strategis sangat penting.

Daerah sepanjang pantai beriklim Laut Tengah subtropik, dataran tinggi daratan berangsur-angsur beralih ke iklim padang rumput tropik dan iklim padang pasir, beda temperatur cukup besar, temperatur rata-rata sepanjang tahun masing-masing 14~20 deajat Celsius dan 4~18 deajat Celsius.

Populasi: Jumlah penduduk 67,31 juta orang ( 2002). Etnis Turki menempati lebih 80 persen jumlah penduduk, dan etnis Kurdi 15 persen. Bahasa Turki adalah bahasa nasional. 99 persen dari jumlah penduduk seluruh negeri menganut agama Islam

.Ibukota: Ankara, terletak di bagian barat laut Dataran Tinggi Anatolia, merupakan sebuah kota kuno dan mempunyai penduduk 3,90 juta orang (2002).

Peta Indonesia

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Dengan populasi sebesar 212 juta jiwa pada tahun 2002 Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah Bangsa Austronesia, dan terdapat juga kelompok-kelompok suku Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda, Madura, Batak, dan Minangkabau.

Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas diantaranya adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad ke 8 M dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.[52] Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000 pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya.

Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.[40] Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.[53]

Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu, namun bahasa resmi negara, yaitu bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.

Pengembangan SBI didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3. Dalam ketentuan ini, pemerintah didorong untuk mengembangkan satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Sekolah bertaraf internasional (SBI) merupakan sekolah nasional dengan standar mutu internasional. Proses belajar mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada.

SBI adalah proyek prestisius karena akan dibiayai oleh Pemerintah Pusat 50 persen, Pemerintah Propinsi 30 persen, dan Pemerintah Kabupaten/Kota 20%. Untuk setiap sekolah, Pemerintah Pusat mengeluarkan 300 juta rupiah setiap tahun paling tidak selama 3 (tiga) tahun dalam masa rintisan tersebut. Siswa yang bisa masuk ke sekolah tersebut, adalah mereka yang dianggap sebagai bibit-bibit unggul yang telah diseleksi ketat dan yang akan diperlakukan secara khusus. Jumlah siswa di kelas akan dibatasi antara 24-30 per kelas. Kegiatan belajar mengajarnya akan menggunakan bilingual.

Pada tahun pertama, bahasa pengantar yang digunakan 25 persen bahasa Inggris, 75 persen bahasa Indonesia. Pada tahun kedua, bahasa pengantarnya masing-masing 50 persen untuk Inggris dan Indonesia. Pada tahun ketiga, bahasa pengantar menggunakan 75 persen bahasa Inggris dan 25 persen bahasa Indonesia. Karena dianggap sebagai bibit unggul, maka siswa diprioritaskan untuk belajar ilmu eksakta dan teknologi informasi dan komunikasi (ICT/Information and Communication Technology). Karenanya, siswa kelas khusus ini diberi fasilitas belajar tambahan berupa komputer dengan sambungan internet. Kurikulum yang akan diberikan kepada mereka agar ‘berstandar internasional’ tidak jelas karena hanya disebutkan rumusnya adalah SNP + X.

SNP adalah Standar Nasional Pendidikan sedangkan X hanya disebutkan sebagai penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman, melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional umpamanya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, UNESCO.

Dengan mengadopsi standar pendidikan internasional, seperti Cambridge atau IB (International Baccalaureate), sebenarnya, para murid dipersiapkan untuk memasuki jenjang perguruan tinggi di luar negeri.

Sekolah bertaraf internasional merupakan salah satu program Departemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan mutu sekolah.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan menengah Departemen Pendidikan telah menetapkan 260 sekolah sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Untuk mencapai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) maka kesiapan Sumber Daya Manusianya merupakan hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas proses pembelajaran, iklim sekolah,budaya sekolah, prestasi belajar siswa dan lain –lain.

Untuk memberi nilai tambah Rintisan SBI , Direktur Tenaga Kependidikan Depdiknas mengirim 100 kepala RSBI ke Singapura, 75 kepala sekolah RSBI ke Malaysia dan 50 kepala RSBI ke Turki, untuk belajar dan membahas tentang sistem pendidikan, kurikulum, sistem pembelajaran, sistem pengawasan sekolah dan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu guru dan kepala sekolah. Dengan melihat langsung penyelengaraan pendidikan di Negara-negara tersebut diharapkan mereka lebih percaya diri dan termotivasi untuk meningkatkan mutu sekolahnya agar bisa bersaing dengan sekolah-sekolah berkelas dunia.

B. Permasalahan

Dari uraian diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa dasar pertimbangan terpilihnya Turki sebagai salah satu negara tujuan untuk

perbandingan pendidikan dari sekolah RSBI

2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan di Turki dibandingkan dengan di Indonesia.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan terpilihnya Turki sebagai salah satu negara tujuan untuk perbandingan pendidikan dari sekolah RSBI

2. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan pendidikan di Turki dibandingkan dengan di Indonesia.

D. Pembahasan

Pada tanggal 6 sd 16 Oktober 2008 sebanyak 50 kepala sekolah RSBI diberangkatkan ke Turki oleh Direktorat Jendral peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan departemen pendidikan nasional untuk melakukan studi banding dengan sekolah-sekolah yang ada di negara Turki yang bertaraf internasional. Selain itu kegiatan ini juga dimaksudkan untuk pelatihan kepemimpinan kepala-kepala sekolah agar memiliki pengetahuan dan wawasan global.

Mirwani (2010), salah satu peserta dalam kegiatan ini, mengatakan semua kepala sekolah ditempatkan di salah satu guesthouse SMA Boarding School yang bernama Ahmed Ulusoy Liseleri. Pada prinsipnya pendidikan yang ada di negara Turki hampir sama dengan yang ada di Indonesia, tingkat dasar (Primary School) ditempuh dalam waktu 8 tahun dan tingkat lanjutan (High School) ditempuh dalam waktu 4 tahun jadi jumlah semuanya 12 tahun, hal ini sama dengan pendidikan di Indonesia yaitu 12 tahun yang terdiri dari SD 6 tahun, SMP 3 tahun, dan SMA 3 tahun.

Sistem pendidikan di Turki dimulai dari anak usia 3 sampai 6 tahun dikategorikan Pre School. Periode ini tidak wajib bagi orangtua untuk mengirim anaknya ke sekolah. Tingkat partisipasi masyarakat mengirim anak mereka hanya 33% dari usia anak pre school. Pendidikan wajib belajar dimulai dari anak berusia 6 sampai dengan 14 tahun ( 8 tahun wajib belajar). Sistem pendidikan di Turki menggabungkan antara sekolah dasar dan SMP, di Indonesia menjadi satu nama yaitu pendidikan dasar. Setamat dari pendidikan dasar anak bisa melanjutkan ke sekolah umum (SMA) atau kejuruan (SMK) selama 4 tahun.

Konsep pendidikan sekolah berasrama di negara Turki sama dengan konsep pendidikan di sekolah Indonesia, lokasi yang terisolir dari keramaian kota menghindari dampak-dampak negatif lingkungan sekitar pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan didalam kampus dan melarang seluruh siswa-siswanya untuk menggunakan televisi, handphone dan lain sebagainya yang dianggap menggangu proses belajar mengajar.

Rekruitmen murid dilakukan secara selektif dengan mengutamakan potensi akademik dan kesediaan orangtua untuk membantu semua program-program sekolah, tenaga-tenaga pendidik yang ada juga melalui proses seleksi yang ketat tidak sembarang orang bisa menjadi guru disekolah ini, sehingga guru yang mengajar betul-betul ahli dalam bidangnya dan memiliki kompetensi yang digariskan oleh lembaga pendidikan tersebut.

Proses pembelajaran yang dilakukan penuh dengan kedisplinan yang tinggi, semua guru yang mengajar harus mengacu kepada silabus yang telah ditentukan dan membuat persiapan mengajar sebelum PBM dimulai. Selain itu semua guru juga dihimbau untuk berprestasi dalam bidang yang diampu, baik prestasi akademik maupun non akademik.

Maka sangatlah wajar bilamana dari sekolah ini muncul output (alumni) yang berkualitas. Sehingga dapat kita lihat juara-juara olimpiade dunia dalam bidang sains banyak datang dari sekolah ini.

Kepala sekolah melihat sendiri pelaksanaan pembelajaran di Turki. Mereka melihat langsung kegiatan moving class, aktifitas organisasi semacam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan MKKS ( Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) dan lain-lain. Mereka juga melihat setelah jam pelajaran usai guru-guru di sana masih tinggal di sekolah sampai sore untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang muncul pada hari itu.

Di Turki juga terlihat hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dengan masyarakat. Turki merupakan contoh sangat baik tentang kedekatan hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Bahkan sekolah menyediakan kamera monitor yang bisa diakses langsung oleh orang tua siswa dari rumahnya. Orang tua bisa mengetahui kegiatan anaknya di sekolah,aktifitasnya didalam kelas dan lain-lain. Jadi orang tua ikut mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran. Dengan demikian guru juga tidak bisa berbuat macam-macam. Dan guru-guru disana memperlakukan siswa-siswanya dengan sangat baik.

Menurut Menteri Pendidikan, dipilihnya Turki karena merupakan satu-satunya negara yang bisa dijadikan contoh tentang besarnya perhatian masyarakat bisnis terhadap pendidikan. Mereka menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membangun pendidikan. Apalagi mayoritas penduduknya beragama islam seperti di Indonesia.

Menurut Fajrun Najah (2006) Pendidikan di Turki dapat lebih maju dibandingkan di negeri kita. Peran masyarakat dan perusahaan (stakeholder) sangat tinggi, sehingga pendidikan di Turki lebih maju dibandingkan di Indonesia. Padahal prestasi anak-anak kita lebih gemilang prestasinya. Anak-anak kita banyak yang sukses dalam berbagai ajang olympiade sains. Bahkan putra Indonesia semacam Prof Dr BJ Habibie diakui kemampuannya di dunia internasional. Bahkan semestinya bangsa kita patut berbangga karena memiliki saintis belia yang mengukir prestasi tingkat dunia. Berbagai penelitian dari lembaga-lembaga internasional memang menempatkan Indonesia pada urutan-urutan terakhir dalam strata kualitas pendidikan. Mereka menilai, kita kurang bermutu, tapi sebenarya bukan disitu letak soalnya.

Secara umum instrument inputnya yang kurang memadai, hingga menyebabkan proses pembelajaran tidak dapat berjalan secara optimal. Karena guru sebagai salah satu unsur instrument input, dengan penghasilan yang pas-pasan, ditambah dengan fasilitas belajar yang kurang tersedia dengan baik, bagaimana mungkin mengharapkan mereka dapat berbuat secara optimal. Di sisi lain, ada kesenjangan kualitas yang sangat tinggi.Di Indonesia ada sekolah-sekolah yang mampu menyediakan semua unsur instrument inputnya secara sangat memadai, seperti fasilitas belajarnya, guru-guru yang hidupnya sejahtera, metode mengajar yang variatif dan berpusat pada murid, tetapi dibelahan lain ada lebih banyak lagi sekolah yang tidak memiliki apa-apa kecuali semangat untuk tetap eksis.

Kesenjangan inilah yang kemudian menunjukkan pada kita semua bahwa hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang muridnya punya peluang untuk menunjukkan kemampuan intelektual mereka, sementara butir-butir mutiara yang tersebar luas di segala penjuru tanah air tidak dapat terlalu banyak berharap. Karena itu kesenjangan inilah yang perlu diatasi, dan sesuai amanat konstitusi, peran masyarakat, para pengusaha dan para donatur untuk berperan aktif dalam melakukan pembinaan, pemerataan kualitas pendidikan dengan memberikan nilai-nilai positif baik materiil maupun imateriil.

Nirwan (2009) mengatakan, kepeduli masyarakat terhadap mutu pendidikan dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan pendidikan di Turki. Sebagai contoh adalah Sekolah menengah “ Ahmet Ulusoy”. Lokasi Sekolah menengah Ahmet Ulusoy ini merupakan sumbangan dari seorang konglemerat di daerah Cankaya yang bernama Ahmet Ulusoy. Sekolah ini merupakan satu dari 7 sekolah di bawah naungan Atlantik School di daerah Cankaya( bagian dari kota Ankara). Jumlah murid di sekolah ini 750 orang , 200 orang siswa tinggal di asrama putera dan 35 siswi tinggal di asrama puteri. Bagi siswa-siswi yang tinggal bersama orangtua disediakan 50 buah bis sekolah untuk antar jemput.

Sekolah dilaksanakn Senin s.d Jumat dari jam 09.00 s.d 16.30. Ilhan Yerli, general manajer yang mengelolah 7 sekolah Atlantik di daerah Cankaya, mengatakan bahwa tidak hanya orang kaya saja yang peduli akan pendidikan anak-anak di Turki akan tetapi semua masyarakat juga sangat peduli akan hal yang satu ini. Semua orang baik kaya maupun orang yang hidup pas-pasan sudah terbiasa menyumbangkan uang mereka untuk memajukan pendidikan. Yang lebih berkesan lagi bahwa setiap penyumbang, besar atau kecil, tidak pernah ikut campur tentang penggunaan uang yang mereka sumbangkan.

M.Hakan Aycicek (dalam Nirwan 2009), seorang manajer Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Samanyolu,,Ankara,Turki, mengatakan bahwa partisipasi orangtua dalam pendidikan merupakan sebuah keharusan. Sekolah harus bisa meyakinkan para orangtua siswa akan pentingya peranserta mereka demi kemajuan anak-anak mereka.

Beberapa kegiatan yang rutin mereka lakukan untuk melibatkan orangtua dalam pendidikan adalah, memberikan bimbingan dan konseling bagi orang tua, mengadakan seminar dengan berbagai macam tema bagi orangtua, membuat persatuan orang tua siswa, mengadakan kegiatan pengumpulan dana amal yang dikoordinir oleh orangtua. Sepintas lalu semua kegiatan yang mereka lakukan ini tidaklah jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukan sekolah-sekolah di Indonesia akan tetapi semua itu tidak hanya berupa program di atas kertas sekolah atau dengan kata lain benar-benar kegiatan nyata.

Mr Hakan mengatakan bahwa pada awalnya melibatkan orangtua secara aktif dalam kegiatan sekolah dan peduli pada pendidikan merupakan pekerjaan yang berat. Beliau mengatakan sebagai seorang Konselor di sekolah kita tidak boleh menyerah mengajak orangtua untuk peduli dalam pendidikan. Sekolah selalu memberikan pengertian kepada para orang tua bahwa anak-anak adalah calon generasi penerus yang nantinya akan memimpin bangsa dan negara ini, karena itu orang tua harus ikut terlibat dalam kemajuan pendidikan anak-anak mereka.

Kemajuan yang sudah dicapai Turki selama 9 tahun terakhir antara lain: pengembangan kurikulum, kemampuan fisik siswa, perbaikan dan pembangunan gedung sekolah baru, peningkatan mutu guru, bimbingan dan konseling serta penggunaan ICT di sekolah. Khusus mengenai program peningkatan mutu guru, Mr, Fatih menjelaskan bahwa di Turki, sekolah mendaftarkan guru-guru yang dianggap memerlukan program pengembangan ke lembaga pelatihan yang ada di Turki setahun sebelum mengikuti pelatihan. Pihak sekolah lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh guru mereka atau sekolah lebih mengetahui guru mana saja yang perlu ditingkatkan kompetensinya.

Mengenai alas an mereka sangat peduli dengan pendidikan adalah bahwa Negara mereka di masa depan akan dipimpin oleh anak-anak mereka sekarang. Oleh karena itu jika mereka diberi pendidikan yang baik maka Negara ini akan mereka kelola dengan baik pula pada waktunya nanti. Alasan lain yang mereka sampaikan bahwa dalam memberikan sumbangan kepada sekolah mereka niatkan untuk beramal sesuai dengan ajaran agama. “Kalau beramal kita tidak perlu tahu untuk apa uang kita itu digunakan,” kata mereka.

Di samping itu mereka juga mempunyai orang yang menjadi panutan bagi mereka yang bernama Fatih Gulleyin. Fatih Gulleyin adalah seorang teknokrat, konglemarat dan punya jiwa social yang tinggi. Beliau saat ini bermukim di Amerika Serikat akan tetapi kontribusinya untuk memajukan pendidikan di Turki tidak pernah berhenti. Pernah suatu hari, Fatih Gulleyin akan diberi gelar kehormatan oleh salah satu universitas di Inggeris akan tetapi ditolak dengan berkata: “ berikan saja gelar kehormatan itu pada warga Turki yang membantu dunia pendidikan”. Sampai sekarang Fatih Gulleyin menjadi inspirasi bagi sebagian besar warga Turki untuk berbuat sesuatu dalam rangka mengembangkan dunia pendidikan di sana.

Menurut pemikiran Gulleyin, umat Islam harus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bisa bersaing dengan masyarakat Barat. Untuk itu maka beliau membuat suatu gerakan yang terkenal dengan nama gerakan Nurcu.

Inti gerakan Nurcu adalah hidup berjamaah akan lebih baik daripada hidup secara individual. Ia mengumpamakannya dengan kewajiban mengeluarkan zakat. Dalam Islam, seseorang yang harta bendanya sudah memenuhi kuota tertentu, wajib mengeluarkan zakat. Bila zakat ini secara individual dibayarkan kepada yang berhak, tentunya akan kurang berdaya guna. Namun, bila zakat ini dikelola dengan baik secara jamaah, hasilnya akan sangat berdaya guna, tidak hanya dapat meningkatkan taraf perekonomian, tetapi juga taraf pendidikan masyarakat.

Jadi di Turki baik orang kaya maupun yang hidup pas-pasan semua sudah terbiasa menyumbangkan uang mereka untuk kemajuan pendidikan anak-anak mereka sehingga pendidikan di Turki dapat lebih maju dan merata bagi semua anak, sedangkan di Indonesia hanya sebagian kecil saja dari orang kaya dan pengusaha yang membangun sekolah bertaraf Internasional, itupun hanya mereka yang mempunyai biaya saja yang mendapatkan kesempatan untuk belajar di sana karena untuk masuk ke sekolah swasta bertaraf Internasional perlu biaya yang sangat besar.

Kekaguman terhadap kiprah Gulleyin dalam bidang pendidikan juga pernah dilontarkan mantan presiden Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa dengan panggilan Gus Dur. Menurut Gus Dur, dalam mengembangkan sistem pendidikan, bangsa Indonesia harus belajar banyak dari Fethullah Gulen yang lebih menekankan pada pembentukan akhlak yang mulia.

”Ini sesuatu yang sangat penting apalagi bagi bangsa Indonesia karena sekolah-sekolah kita ini sekarang hampa moral. Kehampaan moral ini telah mengakibatkan terjadinya berbagai pelanggaran yang ada di masyarakat, maraknya korupsi, dan berbagai penyelewengan yang dilakukan birokrasi merupakan salah satu akibatnya. Ini menunjukkan bahwa ada krisis di dalam dunia pendidikan kaum Muslimin di Indonesia. Karena itu, saya rasa belajar bagaimana mengembangkan akhlak yang baik dalam pendidikan kita menjadi sangat penting,” papar Gus Dur seperti dikutip dari website Pasiad Indonesia

E. Kesimpulan

Turki, Negara berpenduduk 99% beragama islam mempunyai Sekolah Bertaraf Internasional yang sudah sangat maju.

Untuk memajukan pendidikan, peran masyarakat dan perusahaan (stakeholder) sangat tinggi, mereka menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membangun pendidikan.

Alasan mengapa mereka sangat peduli dengan pendidikan adalah bahwa negara mereka di masa depan akan dipimpin oleh anak-anak mereka sekarang. Oleh karena itu jika mereka diberi pendidikan yang baik maka negara ini akan mereka kelola dengan baik pula pada waktunya nanti. Alasan lain yang mereka sampaikan bahwa dalam memberikan sumbangan kepada sekolah mereka niatkan untuk beramal sesuai dengan ajaran agama.


Komentar